Refleksi Perkuliahan Filsafat Menggapai Benarnya Kesalahan - Segala yang ada di dunia ini dapat saja bernilai benar ataupun salah. Suatu hal bisa dikatakan benar bisa pula dikatakan salah. Sesuatu yang benar tidak semerta-merta benar. Begitupun sebaliknya sesuatu yang salah tidaklah sepenuhnya salah. Suatu hal dapat dikatakan benar dari satu sudut pandang dan salah berdasarkan sudut pandang yang lainnya.
Menggapai Benarnya Salah |
Nilai kebenaran dari segala sesuatu sangat lah relative. Saat seseorang bersikeras bahwa pendapatnya adalah yang paling benar, sebenarnya dia telah membodohi dirinya sendiri. Seseorang pelajar yang tidak mampu menyelesaikan soal ujiannya karena tidak belajar merupakan sesuatu yang bernilai benar. Jelas saja, dia tidak belajar, mana mungkin dia bisa menyelesaikan soal ujian dengan benar. Namun di sisi lain, pelajar ini salah karena dia tidak belajar. Padahal sebagai pelajar tugasnya adalah belajar jadi suatu kesalahan jika dia tidak mampu menyelesaikan soal ujiannya. Dan sebagai imbalannya dia mendapatkan nilai yang jelek.
Benar, Salah, Benar, Salah. Dua kata ini ibarat dua mata pisau yang sama-sama tajamnya yang sama berkilaunya yang sama tajamnya tergantung dari sisi mana kita memandangnya. Jika kita menggunakan sisi kebenaran, maka segala sesuatu yang ada di dunia ini sesungguhnya bernilai benar. Bahkan seseorang yang membunuh orang lain pun dapat memiliki nilai kebenaran. Bisa jadi dia membunuh karena ingin menyelamatkan dirinya? Bisa jadi kan?
Di sisi lain jika kita menggunakan mata kesalahan, sesungguhnya segala sesuatu yang ada merupakan suatu kesalahan. Seperti keberadaan manusia yang terjadi karena suatu kesalahan. Maksudnya Nabi adam yang salah karena telah memakan buah terlarang sehingga manusia diturunkan kedunia. Semuanya yang ada dapat kita nilai sebagai suatu kesalahan. Keadaan ini bisa kita ciptakan dan sering pula diciptakan.
Desawa ini nilai benar dan salah sudah semakin kacau. Yang benar dibilang salah, yang salah dinilai benar. Jika kita sedikit menilik pada dunia peradilan yang ada sekarang. Maka hal ini akan semakin kental terasa. Orang-orang yang memiliki banyak uang akan dengan mudah mengusai hukum, seakan-akan kebenaran dapat mereka beli. Sedangkan orang-orang kecil terus saja terinjak dengan kesalahannya. Ya benar juga sih.. mereka salah karena sudah menjadi miskin dan tidak mau berusaha untuk memperbaiki nasibnya. Dari poin ini saja sudah kita temui kerancuan dari segi kesalahan dan kebenaran. Anda pasti berpikir bahwa miskin itu tidak ada salahnya. Itu memang hak anda. Namun bagaimanapun juga itu salah jika kita sedang menggunakan kacamata kesalahan. Dan orang kaya tadi tetaplah benar jika kita menggunakan kacamata kebenaran.
Mungkin sekarang masih kita temui banyak sekali kerancuan antara yang benar dan yang salah. Sehingga pada akhirnya kita hanya perlu mengimani segala sesuatu yang kita anggap benar dan yang kita anggap salah. Tidak ada orang benar sepenuhnya ataupun salah sepenuhnya. Karena pada dasarnya orang lain salah hanya saat kita berpikir bahwa mereka salah, dan selebihnya mereka selalau benar.
Dosen : Prof Dr. Marsigit, MA
Ruang Kuliah : PPG 2
Ruang Kuliah : PPG 2